Aqiqah menurut pandangan Islam
Berdasar kesepakatan para ulama, pelaksanaan aqiqah adalah di hari ketujuh dari hari lahir. Dari sabda Rasulullah: ”Seorang anak tergadai oleh aqiqah. Disembelih kambing pada hari ketujuh dan diberikan nama.” ( H.R. Al-Tirmidzi). Akan tetapi, kalau belum mampu, aqiqah bisa dilakukan di hari ke-14. Tetapi jikalau terlewat lagi, dilakukan pada hari ke-21 atau kapan saja ia memiliki kemampuan. Imam Malik mengatakan : ”Pada dzohirnya aqiqah pada hari ketujuh atas dasar anjuran, jika kiranya menyembelih pada hari keempat, atau hari kedelapan, atau kesepuluh atau setelahnya maka cukuplah aqiqah itu”.
Hukum Pelaksanaan Aqiqah
Melakukan Aqiqah bagi seorang anak baru lahir merupakan sunnah menurut pendapat dari jumhur alim ulama. Hadits: ”Sesungguhnya seluruh manusia di hari kiamat akan diminta tanggungjawabnya atas aqiqah, sebagaimana halnya akan diminta tanggungjawabnya atas shalat lima waktu.”
|
Masakan Aqiqah |
Hewan untuk aqiqah
Hewan yang digunakan untuk aqiqah adalah kambing, tentunya kambing yang sehat sempurna, bagus, dan tidak cacat badannya. Makin besar dan makin gemuk tentu sajja semakin baik lagi.
Kalau ada kebiasaan anak baru lahir menyentuh kambing yang akan disembelih untuk aqiqah, itu adalah hal yang tidak ada dasar hukum atau hanya kebiasaan saja.
Daging aqiqah, apakah lebih baik mentah atau sudah dimasak ?
Dianjurkan daging aqiqah dibagi-bagi dalam kondisi sudah dimasak dan siap disantap. Aisyah ra mengatakan ” Dua ekor kambing/domba yang sama bagi anak laki-laki dan satu ekor kambing/domba untuk anak perempuan. Daging dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Dimakan oleh anggota keluarga dan disedekahkan di hari ketujuh.” (Hadits al-Bayhaqi)
Siapa penerima daging aqiqah ?
Yang paling berhak dan layak menerima sedekah yaitu fakir miskin di kalangan umat islam, demikian juga dengan aqiqah. Jadi berdasarkan beberapa buah hadist Amalan Rasulullah dan para sahabat, kita disunnahkan memakan sebagian daging tersebut ,bersedekah sebagian dan menghadiahkan sebagian lagi.